Ini aku lagi keranjingan posting cerpen nih ;D
Bagi para readers yang budiman silakan membaca, boleh copas tapii cantumkan namaku sebagai pengarang yaah ;)
Enjoy it guys!
Antara
Satu dan Dua
01–02–12. Kata Ana, sahabatku, hari
ini tanggal yang bagus. Tentu aku tahu, maksudnya adalah menyindirku tentang
kapan jadian dengan Mas Radit. Mas Radit adalah kakak kelasku di SMA ini dan
kami mulai dekat semenjak aku terpilih menjadi anggota peleton inti di sekolah
ini, yaitu sekitar enam bulan lalu. Sebenarnya, aku sangat enggan berharap ada
sesuatu yang istimewa terjadi hari ini. Lebih tepatnya, aku takut menghadapi
kekecewaan jikalau hari ini tidak terjadi hal istimewa yang kuharapkan.
Bel berdentang, seakan
menyelamatkanku dari mata pelajaran terakhir yang membuatku mengantuk setengah
mati. Mas Radit sudah menungguku di bangku panjang depan kelasku, seperti
biasanya. Hari ini, Ia nampak sedikit aneh. Ia seperti orang gugup menghadapi
ujian.
“Mas, kamu kenapa sih?” tanyaku heran.
“Enggak apa – apa. Bisa ikut aku, ke lapangan basket
sebentar?” Aku terdiam, memandangnya heran.
“Please…” Ia memohon, menggenggam
tanganku. Dan sebentar saja dan kami sampai di lapangan basket yang tak terlalu
ramai, dan tak terlalu sepi.
“Aku… Aku… Aku mau ngomong.” Ia
sedikit terbata.
“Iya. Ada apa?” aku makin heran
dengan sikapnya.
“Aku… Mmm… Sebentar…” Ia membuka
ransel biru-hitamnya.
“Aku ada sesuatu buat kamu…” katanya
sembari tersenyum tulus dan mengeluarkan sesuatu. Benda itu boneka beruang
berukuran sedang, berwarna krem, yang sedang menggenggam bunga mawar merah muda
di tangan kanannya.
“Aku… Maksudku, lewat ini… Aku… Mau
bilang. Aku sayang kamu, aku serius sama kamu… Kamu… Kamu….” Ia sedikit
terbata. Mas Radit mengambil nafas dalam, dan mengeluarkannya perlahan.
“Kamu… Mau jadi pacarku?” lanjutnya
pada akhirnya. Aku terdiam seribu bahasa. Lututku lemas, aku hampir tak
percaya.
“Maaf… Aku nggak bisa…” kataku
pelan. Aku menangkap sebersit kekecewaan di wajahnya, melalui sudut mataku.
Baru Ia membuka mulut akan menjelaskan, aku memotongnya…
“Maksudku. Aku nggak bisa nolak
kamu…” ujarku sembari tersenyum semanis mungkin. Tiba – tiba saja boneka cantik
itu berada di genggamanku.
“Jadi… Kamu… Nerima aku?? Jadi…
Kita…” ulangnya hampir tak percaya. Aku mengangguk cepat. Ia berbinar,
tersenyum bahagia. Hari ini benar – benar istimewa.
“Aku… Aku… Makasih, Dita…” ujarnya lega.
Aku dan Mas Radit kini sudah resmi
pacaran. Suatu hal yang pada awalnya, sangat tidak kubayangkan. Akhirnya,
setelah melewati momen yang sangat bersejarah bagi kami itu, kami pulang. Ia
menggenggam erat tanganku, tak mau melepasnya. Dan aku sangat bahagia.
~…~
12–04–12. Semua kisah manis delapan
bulan lalu usai sudah. Tidak ada lagi tawa, dan hanya bersisa perih dan derai
air mata. Namun, tangis itu tak lama menghias hariku. Aku mampu menghadapi
realita bahwa berpisah memang jalan terbaik bagi semuanya. Aku yakin aku mampu,
karena banyak orang yang menyayangi dan mendukung di sekitarku.
Aku harus mampu mengubur semuanya.
Andaikata hidup adalah buku tulis, aku harus merobek lembaran ini, dan menyimpannya
di bawah ranjang. Agar sebisa mungkin aku tak menjenguk lembar penuh kepedihan
itu. Lambat laun, aku mulai mampu tersenyum berkat sahabat dan keluargaku.
Dan di antara satu dan dua, memang
terdapat sejuta cerita. Aku juga tak mengerti mengapa satu dan dua selalu
menjadi saksi kisah bahagia dan sedih. Namun yang pasti, aku ingin meminta maaf
dan berterima kasih atas segalanya. Segala yang ada di antara satu dan dua.
Erwita
Danu Gondohutami
SMA
Negeri 7 Yogyakarta
Thankyou for reading :)
See you at the next story ;)
nice cerpen wit :D
BalasHapusthankyouu yaa :)
BalasHapus