Suatu ketika, manakala tepian rasaku kian hampa…
Tercipta anomali yang langka, yang termanifestasi sedemikian
rupa…
Hingga aku tak mampu lagi mengenalinya…
Cinta? Bahagia? Duka? Derita?
Entah!
Aku hanya termenung…
Meresapi belaian angin yang mesra
Dan bisikan malaikat dan setan yang kian nyata
Yang satu berkata “ayo lupakan dia, dan berjalanlah ke yang
lainnya”
Satu lagi berkata “kamu masih sulit melupakannya”
Tetapi, seperti biasa…
Aku tiada kuasa membedakan mana malaikat mana setan
Rupa mereka sama!
Dan aku takut, aku terjerumus oleh bisikan yang salah!
Rasa dan karsaku tak mampu kukenali seutuhnya…
Aku tak tahu, rasa apa…
Dan aku tak tahu, harus bagaimana…
Masihkah aku menaruh rasa
padanya?
Menaruh harap padanya?
Ataukah aku tlah lupakannya?
Menghilangkannya dari hatiku
selamanya?
Entah apa!
Yang jelas, aku muak melihatnya
Tiada bayangan kelak aku kan
bersanding dengannya
Namun mengapa rasa tak
terdefinisikan itu acap kali mengacaukan segalanya?
Entah apa!
Yang jelas, sekarang ada seorang pelipur
lara
Kawan yang setia
Yang slalu ada, manakala tawa dan
derai air mata
Namun, entah apa!
Apa aku siap menguburnya?
Apa aku siap memulai kisah baruku
dengan lainnya?
Entah apa!
Entah apa yang harus kulakukan?
Entah bagaimana yang harus
kunyatakan?
Entah bagaimana yang harus
kutanyakan?
Bahkan, entah apa!
Apa ini segurat puisi?
Atau hanya celoteh hati yang
lara?
Yogyakarta, 23 Juni 2012
Erwita D. Hutami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar