Sepi. Aku
sendiri. Rumahku sepi di senja ini, bahkan tak ada masku yang biasanya menjadi
penunggu lantai dua. Kebetulan tak ada hujan yang turun membasahi pertiwi.
Seperti biasa aku bergegas berlari ke lantai dua, melompati balkon
sedikit dan sampailah aku di tempat favoritku tanpa ada yang mengganggu yaitu
atap rumah. Aku merenungi lazuardi yang semakin jingga. Sayup terdengar, layung layung jo belek-belek aku belek o
jothakanku. Ah, tidak ini hanya bayanganku saja, hanya teringat ucapan
singkat pakdheku saat hamparan langit
ini menghadirkan senja yang benar-benar jingga. Lagi, aku merenungi diriku. Aku
berubah…
Bukan.
Bukan berubah menjadi power ranger pink
seperti yang kuharapkan. Aku tak bisa mengeluarkan jurus kameha meha atau tapak
budha yang kuinginkan. Aku hanya sadar bahwa aku berubah. Itu saja. Perjalanan
waktu mengubahku. Aku mem-flashback
kehidupanku selama setahun ini, mumpung sekarang adalah akhir dari 2012 dan aku
semakin sadar aku banyak berubah.
Awal
tahun, Januari, Februari, Maret, April. Aku ababil, banget. Aku kayak kimcil.
Kayak anak remaja jaman sekarang. Kemana-mana sama pacar, makan di kantin
sekolah sama pacar, bangga banget sama pacar, pokoknya apa-apa pacar. Pulang
dianter pacar, beberapa kali berangkat dijemput pacar, mau pergi-pergi minta
dianter pacar. Ponsel tak berada disampingku? Sama dengan mampus. Tak ada
getaran ponsel yang berisi sms dari si dia? Bingungnya sampai setengah gila.
Alay ya?
Sampai
pada akhirnya tak ada lagi kata ‘pacar’ dalam hidupku di bulan-bulan
selanjutnya. Dekat jauh dekat lagi jauh lagi. Tarik ulur tarik lagi ulur lagi.
Dan itu semua terjadi sama ‘mantan’ kata ganti untuk ‘pacar’ yang sudah basi.
Aku… Jadi… Semakin… Ababil. Sekian. Banyak yang mendukung, tapi jauh lebih
banyak lagi yang tidak menyetujuiku untuk bersamanya lagi. Puncak
tarik-ulur-dekat-jauh itu adalah bulan November yang agaknya harus kutahbiskan
sebagai bulan kebangkitan, bulan perubahan.
Aku
memutuskan untuk jauh, dan tak dekat-dekat lagi. Tahu kenapa? Lelah. Hanya satu
kata ‘lelah’ cukup menjawab segalanya. Aku lelah dengan sikapnya yang selalu
tarik-ulur. Aku lelah dengan banyaknya jumlah homo sapiens di sekitarku yang menasehatiku untuk tidak dengannya
lagi. Aku lelah dengan segala ketidakpastian, meskipun di dunia ini segalanya
memang serba tidak pasti, bahkan dalam pelajaran Kimia pun ada sebuah asas
ketidakpastian dari Heisenberg. Aku
lelah.
Sekarang, akhirnya… Setelah
menyandang predikat sebagai ‘gagal move on tahun 2012’ aku hanya tersenyum
puas. Tahun 2013 aku pasti berhasil kok! Because, this is the new me. Aku yang
baru. Aku yang sudah berhasil mengenyahkan perasaan ini jauh-jauh. Aku yang
berhasil melihat dari segi untung-rugi. Aku yang berhasil bangun dari mimpi dan
menjalani kehidupan dalam realita. Aku yang sudah jarang main HP, yang jika
ponselku tak berada di sampingku aku sudah biasa saja. Aku yang mulai lebih
memahami sekitar, yang tak hanya bisa tidur-tiduran sembari smsan. Dan semoga,
menjadi aku yang lebih dewasa menyikapi hidup.
Aku menarik nafas, kuhirup
sedalam-dalamnya, dan kuhembuskan perlahan. Inilah aku, aku yang baru. Aku yang
berjuta kali lebih baik dari aku yang dulu. Ini aku, dunia. Ini aku! Aku yang
semoga semakin dewasa, dan menjadi lebih mapan pemikirannya 6 bulan lagi, saat
usiaku 17. Renungan senja yang indah ini pun harus berakhir. Seiring dengan
menggelincirnya sang surya, menggelapnya lazuardi, dan deru kendaraan yang
datang. Aku melangkah pergi, sembari berteriak dalam hati… This is the new me, hey twilight!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar