Selasa, 08 Mei 2012

Antara Satu dan Dua :)

Ahooy ahooyy :D
Ini aku lagi keranjingan posting cerpen nih ;D
Bagi para readers yang budiman silakan membaca, boleh copas tapii cantumkan namaku sebagai pengarang yaah ;)
Enjoy it guys!

Antara Satu dan Dua

            01–02–12. Kata Ana, sahabatku, hari ini tanggal yang bagus. Tentu aku tahu, maksudnya adalah menyindirku tentang kapan jadian dengan Mas Radit. Mas Radit adalah kakak kelasku di SMA ini dan kami mulai dekat semenjak aku terpilih menjadi anggota peleton inti di sekolah ini, yaitu sekitar enam bulan lalu. Sebenarnya, aku sangat enggan berharap ada sesuatu yang istimewa terjadi hari ini. Lebih tepatnya, aku takut menghadapi kekecewaan jikalau hari ini tidak terjadi hal istimewa yang kuharapkan.
            Bel berdentang, seakan menyelamatkanku dari mata pelajaran terakhir yang membuatku mengantuk setengah mati. Mas Radit sudah menungguku di bangku panjang depan kelasku, seperti biasanya. Hari ini, Ia nampak sedikit aneh. Ia seperti orang gugup menghadapi ujian.
            “Mas, kamu kenapa sih?” tanyaku heran.
“Enggak apa – apa. Bisa ikut aku, ke lapangan basket sebentar?” Aku terdiam, memandangnya heran.
            “Please…” Ia memohon, menggenggam tanganku. Dan sebentar saja dan kami sampai di lapangan basket yang tak terlalu ramai, dan tak terlalu sepi.
            “Aku… Aku… Aku mau ngomong.” Ia sedikit terbata.
            “Iya. Ada apa?” aku makin heran dengan sikapnya.
            “Aku… Mmm… Sebentar…” Ia membuka ransel biru-hitamnya.
            “Aku ada sesuatu buat kamu…” katanya sembari tersenyum tulus dan mengeluarkan sesuatu. Benda itu boneka beruang berukuran sedang, berwarna krem, yang sedang menggenggam bunga mawar merah muda di tangan kanannya.
            “Aku… Maksudku, lewat ini… Aku… Mau bilang. Aku sayang kamu, aku serius sama kamu… Kamu… Kamu….” Ia sedikit terbata. Mas Radit mengambil nafas dalam, dan mengeluarkannya perlahan.
            “Kamu… Mau jadi pacarku?” lanjutnya pada akhirnya. Aku terdiam seribu bahasa. Lututku lemas, aku hampir tak percaya.
            “Maaf… Aku nggak bisa…” kataku pelan. Aku menangkap sebersit kekecewaan di wajahnya, melalui sudut mataku. Baru Ia membuka mulut akan menjelaskan, aku memotongnya…
            “Maksudku. Aku nggak bisa nolak kamu…” ujarku sembari tersenyum semanis mungkin. Tiba – tiba saja boneka cantik itu berada di genggamanku.
            “Jadi… Kamu… Nerima aku?? Jadi… Kita…” ulangnya hampir tak percaya. Aku mengangguk cepat. Ia berbinar, tersenyum bahagia. Hari ini benar – benar istimewa.
            “Aku… Aku… Makasih, Dita…” ujarnya lega.
            Aku dan Mas Radit kini sudah resmi pacaran. Suatu hal yang pada awalnya, sangat tidak kubayangkan. Akhirnya, setelah melewati momen yang sangat bersejarah bagi kami itu, kami pulang. Ia menggenggam erat tanganku, tak mau melepasnya. Dan aku sangat bahagia.
~…~
            12–04–12. Semua kisah manis delapan bulan lalu usai sudah. Tidak ada lagi tawa, dan hanya bersisa perih dan derai air mata. Namun, tangis itu tak lama menghias hariku. Aku mampu menghadapi realita bahwa berpisah memang jalan terbaik bagi semuanya. Aku yakin aku mampu, karena banyak orang yang menyayangi dan mendukung di sekitarku.
            Aku harus mampu mengubur semuanya. Andaikata hidup adalah buku tulis, aku harus merobek lembaran ini, dan menyimpannya di bawah ranjang. Agar sebisa mungkin aku tak menjenguk lembar penuh kepedihan itu. Lambat laun, aku mulai mampu tersenyum berkat sahabat dan keluargaku.
            Dan di antara satu dan dua, memang terdapat sejuta cerita. Aku juga tak mengerti mengapa satu dan dua selalu menjadi saksi kisah bahagia dan sedih. Namun yang pasti, aku ingin meminta maaf dan berterima kasih atas segalanya. Segala yang ada di antara satu dan dua.


Erwita Danu Gondohutami
SMA Negeri 7 Yogyakarta


Thankyou for reading :)
See you at the next story ;)

2 komentar: