Senin, 22 Oktober 2012

Sadar atau Tidak...

 
            Siang yang gamang, tiba – tiba aku menyadari sesuatu. Waktu kita tak banyak. Hanya beberapa bulan, dan kau kan melepas putih-abumu. Sementara aku masih disini, dengan seragam melekat di tubuhku, dan bangku sekolah dibawahku. Keramik tempatku berpijak masih sama, sementara kau mungkin lebih banyak berpijak di jalanan, berpindah – pindah mengikuti mata kuliah satu dan yang lainnya…

            Sadar atau tidak, masa kita kan berlalu. Kau akan benar – benar pergi dariku. Haruskah aku bahagia? Atau bersedih? Aku bisa melupakan semua tentangmu, tentang kita dulu… Target ‘move on’ yang kubuat juga akan lebih mudah kucapai tanpa kau ada di sekitarku…

            Namun, sudut hatiku berkata aku akan sangat kehilanganmu. Kehilangan senyum simpul jahilmu yang biasanya kau berikan untukku. Kehilangan lemparan pandangan dan lirikan sembunyi – sembunyi dari kejauhan. Kehilangan sebaris sorakan ‘cie cie’ dari kawan – kawan… Waktumu hanya akan berlalu tanpaku. Aku yakin itu…

            Sebentar lagi, kau sudah menjadi seorang mahasiswa. Sementara aku? Masih menyandang predikat siswa. Aku tak yakin bahwa di luar sana kau kan menjaga hatimu—seperti yang selalu kau katakan padaku. Sebaliknya, aku merasa kau mungkin akan menemukan rasa yang baru disana…

            Aku hanya mampu membayangkan, bagaimana kelak jika aku merindukanmu? Kini, aku masih bisa melihat senyummu dari kejauhan. Aku masih bisa mendengar tawa dan suaramu saat kau bergurau dengan kawan – kawanmu. Dan kini, setidaknya aku masih bisa melihat punggungmu yang membelakangiku. Namun bagaimana jika kau sudah tak disini? Hah! Mungkin, aku hanya akan menatap nanar ke tempat – tempat yang menorehkan memori manis tentang kita. Aku hanya akan menyimpan sejuta rasa ini di hatiku sendiri, tanpa kubagi dengan siapa pun!

            Sadar atau tidak… Aku harus belajar melepasmu. Aku harus belajar untuk tidak tergantung padamu. Aku harus belajar untuk mampu merelakanmu. Aku harus mampu menahan semua rasa rinduku yang kadang sulit terbendung. Aku harus belajar untuk mengikhlaskanmu. Aku harus belajar untuk berhenti cemburu saat kau bersama seorang yang lain.

            Toh, jikalau kelak kita harus bersama… Jalan cinta kan pertemukan kita. Tuhan kan menautkan kita dalam asa dan rasa yang sama… Tuhan kan buatkan jalan tuk pertemukan kita, menyatukan kita, membuat kita tak terpisahkan, sekeras apa pun orang – orang berusaha… Cerita kita kan temukan jalannya sendiri. Jika memang aku tulang rusukmu… Jika memang Tuhan menciptakan kau sebagai pasanganku. Jika memang Tuhan memilihmu menjadi pendampingku…

Sadar atau tidak…
Yang perlu kulakukan…
Hanya belajar melepaskan, belajar merelakan…

PS: Radit-san, aku tetap berharap bahwa kau lah masa depanku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar