Saat ini,
aku hanya terdiam menatap monitor laptop yang menyala di depanku. Aku me-review segala sesuatu. Memutar ulang
segala kisahku. Aku terdiam, masih tetap terdiam. Tak ada getaran ponsel yang
memaksaku untuk berpaling, atau untuk sekedar memecahkan keheningan. Aku
menghembuskan nafasku lembut, angin kecewa sedikit berhembus.
Hari ini,
entah mengapa, dadaku sesak sekali. Sakit, dan benar – benar pedih. Rasanya air
mataku ingin tumpah, dan aku tak tahu apa sebabnya. Saat itu, aku duduk di
depan kelasku, melihat anak kelas X yang lalu lalang menuju kantin. Aku
dikelilingi sahabat – sahabatku, satu orang sahabatku yang rajin dan rapi
catatannya, satu orang sahabatku sesama jurnalis di majalah sekolah, dan dua
orang sahabatku yang tengah keranjingan serial Glee.
Jikalau aku
tak mengingat banyak anak kelas X lewat sini, mungkin air mataku benar – benar
tumpah. Apa ini semua karenamu? Entah! Batinku tak berkata iya, namun tak juga
berkata tidak. Entah rasa sesak ini sudah muncul sejak kapan. Mungkin sejak
tadi malam, saat air mataku tak sengaja keluar saat aku berusaha tidur, saat
headset di telingaku menyenandungkan lagu Korea “Because I Miss You” dari Jung
Yong Hwa yang menjadi soundtrack drama Heartstrings.
Di tengah
adik – adik ‘manis’ yang mengucap “mari mbak” “permisi mbak” “pagi mbak” dan
“siang mbak” aku tersenyum sekedarnya untuk membalas mereka yang sudah bersusah
– susah menyapa kakak kelas tidak penting sepertiku. Aku juga tersenyum
mendengar celoteh lucu kawan – kawanku tentang apa pun. Namun, mataku tak bisa
berbohong, hingga sahabat – sahabatku menangkap rasa tak nyaman di hatiku. Aku
bingung harus menjawab apa, karena aku tak tahu apa sebabnya. Hatiku seolah
mati rasa.
Hingga kini
pun aku tak tahu apa yang kurasa, atau apa yang membuat hatiku sedemikian
sakitnya. Mungkin hanya Tuhan yang tahu sebenarnya. Mustahil ini semua
karenamu! Mustahil! Kau kan (sudah) bukan siapa – siapaku? Pasti ini bukan
karenamu!
Namun, tiba
– tiba sekeping hatiku menyangkal pernyataanku itu. Tapi, sebagian lagi
membenarkan. Ini adalah perang batin paling menyakitkan. Oke. Mungkin aku hanya
‘sedikit’ berpikir tentangmu. Tapi selebihnya entahlah! Kau mungkin orang
paling aneh yang pernah kutemui. Kau orang yang paling membekas disini.
Kau suka
datang dan pergi seenakmu sendiri. Kau tak mempedulikan apa dan bagaimana
hatiku yang rapuh ini. Hah! Kedengarannya kau jahat sekali ya? Tapi, tak juga!
Nyatanya, terkadang kau membuatku tersenyum bahagia, atau bahkan tertawa! Kau
yang membuatku lebih menikmati hidup dengan sifat santaimu. Jujur, aku butuh
orang sepertimu, yang bisa sedikit mengendorkan ketegangan di hidupku.
Tapi, tetap
saja, kau tak punya perasaan! Huh! Bodohnya aku pernah (atau mungkin masih)
menyukaimu. Tapi, kupikir – pikir, aku tak boleh menyalahkan hatiku yang tak
sengaja ‘jatuh’ padamu. Sejujurnya, aku juga tak bisa kembali padamu. Karena
aku tak mau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Namun, mengapa saat
ini hatiku sakit lagi? Apa hanya karena kau ‘sedikit’ jauh? Hah! Bodoh kalau
aku mengiyakannya!
Namun,
kurasa seperti itulah adanya. Jadi, aku bodoh ya? Mungkin iya. Tapi, mungkin
juga tidak. Aku hanya sedikit naif. Hah! Naif! Masih juga aku membelamu.
Keracunan apa sih aku? Jelas – jelas kau sebegini jahat padaku. Harusnya aku
menceburkanmu ke samudera Hindia sekalian.
Memang
beberapa bulan yang lalu aku bisa hidup tanpamu. Namun, ada seseorang
disampingku. Tapi, jujur, aku belum siap untuk memulai hal yang baru dengan
orang yang baru juga. Masih ada luka disini, yang belum seutuhnya terobati. Dan
aku seolah menjadi ‘gadis pemberi harapan palsu’ padanya, padahal bukan
maksudku seperti itu. Apa aku jahat? Entah. Yang penting niatku tidaklah
seperti itu…
Dan saat aku
berusaha untuk benar – benar sendiri, ah kau lagi, kau lagi. Kau memang suka
datang dan pergi tanpa permisi! Kasihan hatiku yang masih recovery ini! Kalau datang ya datang, kalau pergi ya pergi. Susah
amat sih menentukan sikap? Atau kalau kau mau datang sebagai kawan, ya nyatakan
keinginanmu itu, dan bersikap layaknya kawan dekatku. Atau kalau kau mau datang
untuk kembali seperti dulu, ya berusahalah tunjukkan niatanmu. Jangan datang
dan pergi semaumu sendiri…
Sebelah
hatiku masih ingin kembali. Tapi, sebelah hatiku lagi menolakmu untuk kembali
lagi. Hati ini sangat kontradiksi! Aku terdiam lagi. Ternyata berurusan
denganmu sulit sekali. Bulir air mata yang kubenci menetes lagi. Hatiku masih
tetap kontradiksi. Aku tetap terdiam ditemani lagu – lagu yang kuputar. Aku
benci saat – saat seperti ini.
Mungkin di rumahmu sana atau
dimanapun kau berada, kau tak peduli! Mau aku menangis, mau aku tersenyum, mau
aku tertawa, bahkan mau aku hampir mati pun, kau tak peduli, kan? Aku hanya
mampu tersenyum sarkas disini, membayangkan mungkin disana kau tidur siang
tanpa memikirkanku sama sekali. Bodohnya aku yang mau – maunya memikirkanmu!
Tapi, bukankah dalam pedomanku, hidup
adalah petualangan? Dalam petualangan, tidak ada kata untuk mundur atau
kembali. Aku harus terus berjalan maju. Aku mungkin akan singgah di beberapa tempat,
menentukan dimana aku nyaman dan tidak. Jika aku nyaman, aku mungkin akan
tinggal beberapa waktu, atau mungkin selamanya. Dan di saat aku masih
berpetualang, janganlah memintaku kembali. Karena, pantang bagiku untuk
berjalan mundur atau kembali. Namun, bukankah dunia ini bulat? Jika aku terus
berjalan maju, bukan tak mungkin aku akan kembali pada titik awalku yaitu kau,
kan?
Aku mungkin hanya akan menengokmu
disaat aku rindu persinggahanku yang nyaman itu. Namun, aku mungkin bisa
bersamamu asal kau memberikan kenyamanan bagi hatiku yang masih rapuh ini. Ah!
Entahlah! Bicara apa aku ini? Jadi, bahkan hingga detik ini batinku masih terus
kontradiksi. Ya Tuhan, apa arti semua ini? Sebelah berkata begini, sebelah
berkata begitu.
Dan masih di suasana yang sama. Di
atas kasur berseprai biru dengan gambar kucingnya, dan sayup – sayup lagu
terdengar. Aku masih tak tahu aku ini bagaimana. Aku masih tak tahu mengapa
dadaku begini sesak rasanya. Aku masih tak tahu bagaimana rasaku yang
sebenarnya. Jadi… Aku harus apa?
Yogyakarta, 8 September 2012
15:13 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar