Holaa! :D
Ada part 1
pasti ada part 2 :D
Nah, sekarang aku mau ngasih salah satu kisah yang
aku suka juga.. Kisah kelima alias terakhir dalam buku Kisah – Kisah Beedle Si
Juru Cerita :) Judulnya adalah “Kisah Tiga Saudara”
Mau tahu ceritanya? Let’s check it out
:D
Kisah Tiga Saudara
Pada zaman dahulu, ada
tiga saudara, kakak-beradik laki – laki, yang berkelana melewati jalan panjang
berliku – liku di senja hari. Pada waktunya, ketiga saudara ini tiba di sungai
yang terlalu dalam untuk diseberangi dengan berjalan kaki dan terlalu berbahaya
untuk diseberangi dengan berenang. Meskipun demikian, ketiga saudara ini menguasai
ilmu sihir, maka mereka tinggal melambaikan tongkat sihir mereka dan sebuah jembatan
muncul di atas air yang berbahaya itu. Mereka sudah tiba di tengah jembatan ketika
ternyata jalan mereka dihalangi oleh sosok berkerudung.
Dan Kematian berbicara kepada
mereka. Dia marah karena telah kehilangan tiga korban baru, karena para pengelana
biasanya tenggelam di sungai. Tetapi Kematian licik. Dia berpura – pura memberi
selamat kepada ketiga saudara ini atas sihir mereka, dan berkata masing –
masing berhak mendapatkan hadiah karena telah cukup pintar untuk menghindarinya.
Maka, si sulung, yang
suka bertempur, meminta tongkat sihir yang lebih hebat daripada semua tongkat
sihir yang ada: tongkat sihir yang harus selalu memenangkan duel bagi pemiliknya,
tongkat sihir yang layak diterima penyihir yang telah mengalahkan Kematian!
Maka Kematian menyeberang ke sebatang pohon elder
di tepi sungai, membuat tongkat sihir dari dahan yang menggantung disana, dan memberikannya
kepada si sulung.
Kemudian si tengah,
orang yang sombong, memutuskan dia ingin mempermalukan Kematian lebih jauh
lagi, dan meminta kekuatan untuk memanggil yang lain dari Kematian. Maka Kematian
memungut sebutir batu dari tepi sungai dan memberikannya kepada si tengah, dan
memberitahunya bahwa batu itu akan memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang
yang sudah mati.
Kemudian Kematian menanyai
si bungsu, apa yang diinginkannya. Si bungsu ini yang paling rendah hati dan
juga paling bijaksana di antara ketiga kakak-beradik ini, dan dia tidak mempercayai
Kematian. Maka dia meminta sesuatu yang bisa membuatnya melakukan perjalanan dari
tempat itu tanpa diikuti oleh Kematian. Dan Kematian, dengan amat sangat enggan,
menyerahkan Jubah Gaib-nya sendiri kepadanya.
Kemudian Kematian menyisih
dan mengizinkan ketiga kakak-beradik itu melanjutkan perjalanan mereka, dan mereka
pun melanjutkan perjalanan, sambil membicarakan dengan takjub petualangan yang
telah mereka alami, dan mengagumi hadiah dari Kematian.
Pada saatnya ketiga
kakak-beradik ini berpisah, masing – masing menuju tujuan mereka sendiri – sendiri.
Si sulung berjalan kira
– kira seminggu lagi, dan tiba di suatu desa yang jauh, mencari penyihir kenalannya,
dengan siapa dia pernah bertengkar. Tentu saja, dengan Tongkat Sihir Elder sebagai
senjatanya, dia tak mungkin kalah dalam duel yang terjadi. Meninggalkan
musuhnya mati di lantai, si sulung menuju tempat penginapan. Di sana dia membanggakan
keras – keras kehebatan tongkat sihir yang telah diperlehnya dari Kematian sendiri,
dan tentang bagaimana tongkat itu membuatnya tak terkalahkan.
Malam itu juga, seorang
penyihir lain mengendap – endap mendatangi si sulung yang sedang terlelap, bersimbah
anggur di tempat tidurnya. Pencuri ini mengambil tongkat sihirnya dan sebagai
tambahan menggorok leher si sulung.
Maka Kematian mengambil
si sulung sebagai miliknya.
Sementara itu, si tengah
pulang ke rumahnya, tempat dia hidup sendiri. Dia mengeluarkan batu yang memiliki
kekuatan untuk memanggil orang mati, dan memutarnya tiga kali dalam tangannya.
Betapa heran dan gembiranya dia, sosok gadis yang dulu pernah diharapkannya
untuk dinikahinya, sebelum gadis itu meninggal dalam usia muda, muncul seketika
itu juga di hadapannya.
Meskipun demikian gadis
itu sedih dan dingin, terpisah darinya seolah oleh sehelai selubung. Walaupun telah
kembali ke dunia orang hidup, dia sesungguhnya bukanlah bagian dari dunia itu
dan menderita. Akhirnya, si tengah, menjadi gila karena kerinduan yang sia –
sia, membunuh diri supaya bisa benar – benar
bergabung dengan gadis itu.
Maka Kematian mengambil
si tengah sebagai miliknya.
Namun, meski Kematian mencari
si bungsu selama bertahun – tahun, dia tak pernah berhasil menemukannya.
Barulah ketika telah mencapai usia sangat lanjut, si bungsu membuka Jubah
Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki – lakinya. Dan kemudian dia menyalami
Kematian sebagai teman lama, dan pergi bersamanya dengan senang, dan sebagai teman
sederajat, mereka meninggalkan kehidupan ini.
Tamat
How? It’s very cool, isn’t it? :D
Aku suka bangeet cerita ini…
Oh iya, tentang catatan dari Albus
Dumbledore, aku nggak bisa nulisin nih…
Aku takut nanti temen – temen nggak beli
bukunya, padahal royalti buku ini bakalan didonasikan ke Children’s High Level
Group, untuk membantu kehidupan anak – anak terlantar :)
Masih sama dengan part 1-nya, aku akan
memberikan komentar:
Catatan
Erwita Danu Gondohutami tentang “Kisah Tiga Saudara”:
This story is very full of moral
value. Bagaimana yang sombong, yang tamak dan serakah akan mendapatkan balasan
setimpal yaitu Kematian akan merenggutnya dalam waktu dekat dan dengan kondisi
mengerikan. Hii…
Sebaliknya, bagi si bungsu yang
bijaksana dan rendah hati, dia selamat… Dia bisa hidup sampai tua dengan tenang,
lalu akhirnya pergi dari kehidupan ini dengan tenang juga. Karena memang Kematian
itu tidak dapat dilawan. Bahkan penyihir – penyihir pun nggak bisa melawannya,
apalagi kita yang Muggle alias manusia biasa.
Menurutku, kisah ini sangat mengingatkanku
ke buku dan film dari Harry Potter and The Deathly Hallows. Jubah Gaib, Batu Kematian,
dan Tongkat Sihir Elder. Semuanya ada di buku dan film Harry Potter ketujuh
itu. Aku jadi berimajinasi dan berpikir – pikir… Mungkin kah si bungsu itu
ayah, atau kakek, atau kakek buyut, atau kakek canggah, atau yaa istilahnya nenek
moyang dari Harry Potter?? Hmm… It’s really… Aah! Ada benang merahnyaaa :D hehe.
Tapi, apapun yang terjadi, semua kebenaran hanya ada di benak Mrs. JK Rowling seorang
;D
Yoyoyoy!
Akhirnya saya berhasil juga menyampaikan dua cerita favorit saya pada buku
Kisah – Kisah Beedle Si Juru Cerita :D
Hmm…
Bagaimana teman – teman? Tertarik buat baca kisah lainnya?
Masih
ada 3 kisah lagi lho! Ada Sang Penyihir dan Kuali Melompat, Babbity Rabbity dan
Tunggul Terbahak, dan satu lagi Penyihir Berhati Berbulu.
Bagi
teman – teman yang tertarik, langsung cuus aja ke Gramedia atau toko buku terdekat
dan dapatkan segera! #malahiklan-_- hehe
Last
but not least…
Terimakasih
buat yang sudah baca…
See
you at my other posting :D *lambai tangan, kiss bye ala anak kecil*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar