Sabtu, 01 September 2012

Some of “The Tales of Beedle The Bard” ~ Part 2 (end)


Holaa! :D

Ada part 1 pasti ada part 2 :D

Nah, sekarang aku mau ngasih salah satu kisah yang aku suka juga.. Kisah kelima alias terakhir dalam buku Kisah – Kisah Beedle Si Juru Cerita :) Judulnya adalah “Kisah Tiga Saudara”
Mau tahu ceritanya? Let’s check it out :D


Kisah Tiga Saudara

     Pada zaman dahulu, ada tiga saudara, kakak-beradik laki – laki, yang berkelana melewati jalan panjang berliku – liku di senja hari. Pada waktunya, ketiga saudara ini tiba di sungai yang terlalu dalam untuk diseberangi dengan berjalan kaki dan terlalu berbahaya untuk diseberangi dengan berenang. Meskipun demikian, ketiga saudara ini menguasai ilmu sihir, maka mereka tinggal melambaikan tongkat sihir mereka dan sebuah jembatan muncul di atas air yang berbahaya itu. Mereka sudah tiba di tengah jembatan ketika ternyata jalan mereka dihalangi oleh sosok berkerudung.
     Dan Kematian berbicara kepada mereka. Dia marah karena telah kehilangan tiga korban baru, karena para pengelana biasanya tenggelam di sungai. Tetapi Kematian licik. Dia berpura – pura memberi selamat kepada ketiga saudara ini atas sihir mereka, dan berkata masing – masing berhak mendapatkan hadiah karena telah cukup pintar untuk menghindarinya.
     Maka, si sulung, yang suka bertempur, meminta tongkat sihir yang lebih hebat daripada semua tongkat sihir yang ada: tongkat sihir yang harus selalu memenangkan duel bagi pemiliknya, tongkat sihir yang layak diterima penyihir yang telah mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang ke sebatang pohon elder di tepi sungai, membuat tongkat sihir dari dahan yang menggantung disana, dan memberikannya kepada si sulung.
     Kemudian si tengah, orang yang sombong, memutuskan dia ingin mempermalukan Kematian lebih jauh lagi, dan meminta kekuatan untuk memanggil yang lain dari Kematian. Maka Kematian memungut sebutir batu dari tepi sungai dan memberikannya kepada si tengah, dan memberitahunya bahwa batu itu akan memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang yang sudah mati.
     Kemudian Kematian menanyai si bungsu, apa yang diinginkannya. Si bungsu ini yang paling rendah hati dan juga paling bijaksana di antara ketiga kakak-beradik ini, dan dia tidak mempercayai Kematian. Maka dia meminta sesuatu yang bisa membuatnya melakukan perjalanan dari tempat itu tanpa diikuti oleh Kematian. Dan Kematian, dengan amat sangat enggan, menyerahkan Jubah Gaib-nya sendiri kepadanya.
     Kemudian Kematian menyisih dan mengizinkan ketiga kakak-beradik itu melanjutkan perjalanan mereka, dan mereka pun melanjutkan perjalanan, sambil membicarakan dengan takjub petualangan yang telah mereka alami, dan mengagumi hadiah dari Kematian.
     Pada saatnya ketiga kakak-beradik ini berpisah, masing – masing menuju tujuan mereka sendiri – sendiri.
     Si sulung berjalan kira – kira seminggu lagi, dan tiba di suatu desa yang jauh, mencari penyihir kenalannya, dengan siapa dia pernah bertengkar. Tentu saja, dengan Tongkat Sihir Elder sebagai senjatanya, dia tak mungkin kalah dalam duel yang terjadi. Meninggalkan musuhnya mati di lantai, si sulung menuju tempat penginapan. Di sana dia membanggakan keras – keras kehebatan tongkat sihir yang telah diperlehnya dari Kematian sendiri, dan tentang bagaimana tongkat itu membuatnya tak terkalahkan.
     Malam itu juga, seorang penyihir lain mengendap – endap mendatangi si sulung yang sedang terlelap, bersimbah anggur di tempat tidurnya. Pencuri ini mengambil tongkat sihirnya dan sebagai tambahan menggorok leher si sulung.
     Maka Kematian mengambil si sulung sebagai miliknya.
     Sementara itu, si tengah pulang ke rumahnya, tempat dia hidup sendiri. Dia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk memanggil orang mati, dan memutarnya tiga kali dalam tangannya. Betapa heran dan gembiranya dia, sosok gadis yang dulu pernah diharapkannya untuk dinikahinya, sebelum gadis itu meninggal dalam usia muda, muncul seketika itu juga di hadapannya.
     Meskipun demikian gadis itu sedih dan dingin, terpisah darinya seolah oleh sehelai selubung. Walaupun telah kembali ke dunia orang hidup, dia sesungguhnya bukanlah bagian dari dunia itu dan menderita. Akhirnya, si tengah, menjadi gila karena kerinduan yang sia – sia, membunuh  diri supaya bisa benar – benar bergabung dengan gadis itu.
     Maka Kematian mengambil si tengah sebagai miliknya.
     Namun, meski Kematian mencari si bungsu selama bertahun – tahun, dia tak pernah berhasil menemukannya. Barulah ketika telah mencapai usia sangat lanjut, si bungsu membuka Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki – lakinya. Dan kemudian dia menyalami Kematian sebagai teman lama, dan pergi bersamanya dengan senang, dan sebagai teman sederajat, mereka meninggalkan kehidupan ini.

Tamat



How? It’s very cool, isn’t it? :D

Aku suka bangeet cerita ini…

Oh iya, tentang catatan dari Albus Dumbledore, aku nggak bisa nulisin nih…
Aku takut nanti temen – temen nggak beli bukunya, padahal royalti buku ini bakalan didonasikan ke Children’s High Level Group, untuk membantu kehidupan anak – anak terlantar :)

Masih sama dengan part 1-nya, aku akan memberikan komentar:

 
Catatan Erwita Danu Gondohutami tentang “Kisah Tiga Saudara”:

            This story is very full of moral value. Bagaimana yang sombong, yang tamak dan serakah akan mendapatkan balasan setimpal yaitu Kematian akan merenggutnya dalam waktu dekat dan dengan kondisi mengerikan. Hii…
            Sebaliknya, bagi si bungsu yang bijaksana dan rendah hati, dia selamat… Dia bisa hidup sampai tua dengan tenang, lalu akhirnya pergi dari kehidupan ini dengan tenang juga. Karena memang Kematian itu tidak dapat dilawan. Bahkan penyihir – penyihir pun nggak bisa melawannya, apalagi kita yang Muggle alias manusia biasa.
            Menurutku, kisah ini sangat mengingatkanku ke buku dan film dari Harry Potter and The Deathly Hallows. Jubah Gaib, Batu Kematian, dan Tongkat Sihir Elder. Semuanya ada di buku dan film Harry Potter ketujuh itu. Aku jadi berimajinasi dan berpikir – pikir… Mungkin kah si bungsu itu ayah, atau kakek, atau kakek buyut, atau kakek canggah, atau yaa istilahnya nenek moyang dari Harry Potter?? Hmm… It’s really… Aah! Ada benang merahnyaaa :D hehe. Tapi, apapun yang terjadi, semua kebenaran hanya ada di benak Mrs. JK Rowling seorang ;D


Yoyoyoy! Akhirnya saya berhasil juga menyampaikan dua cerita favorit saya pada buku Kisah – Kisah Beedle Si Juru Cerita :D

Hmm… Bagaimana teman – teman? Tertarik buat baca kisah lainnya?

Masih ada 3 kisah lagi lho! Ada Sang Penyihir dan Kuali Melompat, Babbity Rabbity dan Tunggul Terbahak, dan satu lagi Penyihir Berhati Berbulu.
Bagi teman – teman yang tertarik, langsung cuus aja ke Gramedia atau toko buku terdekat dan dapatkan segera! #malahiklan-_- hehe


Last but not least…
Terimakasih buat yang sudah baca…


See you at my other posting :D *lambai tangan, kiss bye ala anak kecil*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar